Kota Cirebon merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang
cukup terkenal berkat adanya makam Syarif Hidayatullah, seorang mubaligh,
pemimpin spiritual, dan sufi yang juga dikenal dengan sebutan Sunan Gunung
Jati. Peristirahatan terakhir Sunan Gunung Jati dan keluarganya ini disebut
dengan nama Wukir Sapta Rengga. Makam ini terdiri dari sembilan tingkat, dan
pada tingkat kesembilan inilah Sunan Gunung Jati dimakamkan. Sedangkan tingkat
kedelapan ke bawah adalah makam keluarga dan para keturunannya, baik keturunan
yang dari Kraton Kanoman maupun keturunan dari Kraton Kasepuhan.
Di makam ini terdapat pasir malela yang berasal dari Mekkah
yang dibawa langsung oleh Pangeran Cakrabuana, putera Sri Baduga Maharaja Prabu
Siliwangi dari Kerajaan Padjadjaran. Karena proses pengambilan pasir dari
Mekkah itu membutuhkan perjuangan yang cukup berat, maka pengunjung dan juru
kunci yang akan keluar dari kompleks makam ini harus membersihkan kakinya
terlebih dahulu, agar pasir tidak terbawa keluar kompleks walau hanya sedikit.
Larangan tersebut merupakan instruksi langsung dari Pangeran Cakrabuana
sendiri.
Makam yang menempati lahan seluas 4 hektar ini merupakan
obyek wisata ziarah yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan/peziarah baik
dari Cirebon maupun kota-kota sekitarnya. Kedatangan para peziarah itu biasanya
berlangsung pada waktu-waktu tertentu seperti Jumat Kliwon, peringatan maulud
Nabi Muhammad SAW, ritual Grebeg Syawal, ritual Grebeg Rayagung, dan ritual
pencucian jimat.
Bangunan makam Sunan Gunung Jati memiliki gaya arsitektur
yang unik, yaitu kombinasi gaya arsitektur Jawa, Arab, dan Cina. Arsitektur
Jawa terdapat pada atap bangunan yang berbentuk limasan. Arsitektur Cina tampak
pada desain interior dinding makam yang penuh dengan hiasan keramik dan
porselin. Selain menempel pada dinding makam, benda-benda antik tersebut juga
terpajang di sepanjang jalan makam. Semua benda itu sudah berusia ratusan
tahun, namun kondisinya masih terawat. Benda-benda tersebut dibawa oleh istri
Sunan Gunung Jati, Nyi Mas Ratu Rara Sumandeng dari Cina sekitar abad ke-13 M.
Sedangkan arsitektur Timur Tengah terletak pada hiasan kaligrafi yang terukir
indah pada dinding dan bangunan makam itu.
Keunikan lainnya tampak pada adanya sembilan pintu makam
yang tersusun bertingkat. Masing-masing pintu tersebut mempunyai nama yang
berbeda-beda, secara berurutan dapat disebut sebagai berikut: pintu gapura,
pintu krapyak, pintu pasujudan, pintu ratnakomala, pintu jinem, pintu rararoga,
pintu kaca, pintu bacem, dan pintu kesembilan bernama pintu teratai. Semua
pengunjung hanya boleh memasuki sampai pintu ke lima saja. Sebab pintu ke enam
sampai ke sembilan hanya diperuntukkan bagi keturunan Sunan Gunung Jati
sendiri.
Kompleks makam ini juga dilengkapi dengan dua buah ruangan
yang disebut dengan Balaimangu Majapahit dan Balaimangu Padjadjaran. Balaimangu
Majapahit merupakan bangunan yang dibuat oleh Kerajaan Majapahit untuk
dihadiahkan kepada Sunan Gunung Jati sewaktu ia menikah dengan Nyi Mas
Tepasari, putri dari salah seorang pembesar Majapahit yang bernama Ki Ageng
Tepasan. Sedangkan Balaimangu Padjadjaran merupakan bangunan yang dibuat oleh
Prabu Siliwangi untuk dihadiahkan kepada Syarif Hidayatullah sewaktu ia
dinobatkan sebagai Sultan Kesultanan Pakungwati (kesultanan yang merupakan
cikal bakal berdirinya Kesultanan Cirebon).
Selain terkenal dengan arsitektur bangunannya yang unik,
obyek wisata ziarah makam Sunan Gunung Jati ini juga terkenal dengan berbagai
macam ritualnya, yaitu ritual Grebeg Syawal, Grebeg Rayagung, dan pencucian
jimat. Grebeg Syawal ialah tradisi tahunan yang diselenggarakan setiap hari ke
7 di bulan Syawal, untuk mengenang dan melestarikan tradisi Sultan Cirebon dan
keluarganya yang berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati setiap bulan itu.
Sedangkan Grebeg Rayagung ialah kunjungan masyakat setempat ke makam yang
diadakan setiap hari raya Iduladha. Selain itu, terdapat juga ritual tahunan
pada hari ke-20 di bulan Ramadhan, tradisi itu disebut “pencucian jimat” dan
benda-benda pusaka (gamelan dan seperangkat alat pandai besi) yang merupakan
benda peninggalan Sunan Gunung Jati. Tradisi ini dilaksakan setelah shalat
shubuh, bertujuan untuk memperingati Nuzulul Qur‘an yang jatuh pada tanggal 17
Ramadhan.
Di area makam Sunan Gunung Jati terdapat fasilitas seperti
penginapan, warung makan, masjid, pendopo, Paseban Besar (pendopo tempat
penerimaan tamu), Paseban Soko (tempat untuk bermusyawarah), parkir luas, dan
alun-alun. Di lokasi ini juga terdapat pedagang kaki lima, kios cendramata,
kios buah-buahan, dan lain-lain.
Lokasi: Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon
Koordinat :-
Telepon: -
Email: -
Fasilitas:Penginapan, Warung Makan, Masjid, Pendopo, Paseban Ageng, Paseban Soko, Kios Cinderamata, Parkir Luas dan Alun-Alun.
Jam Buka: 24 jam
Jam Tutup:
Jam Tutup:
Tiket: -
Makam Sunan Gunung Jati (Google Maps)
0 komentar:
Posting Komentar